Mengenal Lebih Dekat Kampung Ketandan (阁丹檀村)
Kampung Ketandan mungkin sudah tidak asing bagi masyarakat Yogyakarta. Pecinan ini terletak di utara Pasar Beringharjo, Jalan Malioboro, Yogyakarta. Di kawasan ini, kita bisa menemukan ornamen-ornamen khas Tiongkok, berbagai kuliner non-halal, dan terdapat beberapa toko emas.
Jika dilihat dari bangunannya, Kampung Ketandan merupakan akulturasi antara budaya Tiongkok, Jawa, dan Eropa. Oleh sebab itu lebih cocok jika dikatakan sebagai pecinan peranakan. Usia Kampung Ketandan sendiri diyakini sudah lebih dari 200 tahun dan memiliki sejarah yang panjang.
Gapura Kampung Ketandan, Yogyakarta
Kampung Ketandan sendiri berasal dari kata tondo yang merupakan ungkapan bagi para penarik pajak atau pejabat tondo yang otoritasnya diberikan secara langsung oleh Sultan Hamengkubuwono III kepada etnis Tionghoa. Diketahui bahwa etnis Tionghoa memegang peranan yang cukup kuat pada berkembangnya sejarah dan kebudayaan Yogyakarta yang juga berakar dari tradisi budaya Jawa.
Sejarah Kampung Ketandan sendiri dimulai pada awal abad ke-19 oleh seorang kapitan bernama Tan Jin Sing yang merupakan putra seorang bangsawan Jawa. Tan Jin Sing adalah seseorang yang pandai dan mampu menguasai bahasa Hokkien, Mandarin, dan Inggris. Berkat kepandaiannya tersebut, ia mampu mengambil hati Thomas Raffles (gubernur Hindia-Belanda yang berkuasa di Pulau Jawa pada masa itu). Ia kemudian menjadi perantara antara Sultan Hamengkubuwono III dan Thomas Raffles.
Pecinan ini berkembang ketika Kapitan Tan Jin Sing hijrah dari Kedu ke Yogyakarta sekitar tahun 1803. Tan Jin Sing kemudian diangkat menjadi bupati Nayoko oleh Sultan Hamengkubuwono III pada tahun 1813. Tan Jin Sing lalu menikahi anak seorang kapitan Tionghoa di Yogyakarta kala itu yang bernama U Li. Pada masa kepemimpinan Tan Jin Sing, keberadaan Kampung Ketandan menjadi semakin populer.
Pada tahun 1950-an, Kampung Ketandan dipenuhi dengan perdagangan bahan-bahan pokok dan jamu. Selain itu, karena perkembangan tren dan juga pasar, banyak pedagang di Kampung Ketandan berjualan emas. Hingga saat ini, kita masih dapat menemukan beberapa toko emas di kawasan pecinan ini.
Pada saat ini, diperkirakan terdapat dua atau tiga keluarga yang merupakan keturunan asli sejak berdirinya Kampung Ketandan. Namun, meskipun terdapat perbedaan budaya dan akulturasi di pecinan ini, masyarakat masih dapat hidup berdampingan dan harmonis.
Kawasan Pertokoan dan Perumahan di Kampung Ketandan
Setiap tahunnya Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PTBY) digelar di kawasan Kampung Ketandan. Biasanya festival ini digelar untuk memperingati hari raya Imlek dan perayaan Cap Go Meh. Pada masa festival ini, area Kampung Ketandan akan dipenuhi dengan berbagai kegiatan, seperti: bazar makanan dan pernak-pernik, pertunjukkan budaya seperti Barongsai dan Wayang Potehi, serta lomba karaoke lagu mandarin.
Setiap hari raya Imlek, di ujung sudut area PTBY biasanya terdapat pertunjukkan Wayang Potehi/bu dai xi (布袋戏) yang semakin menambah nuansa hari raya Imlek dan tentu menambah wawasan kita mengenai kebudayaan Tiongkok. Cerita yang dibawakan pada petunjukkan Wayang Potehi sendiri sangat bervariasi, misalnya cerita yang melibatkan kera sakti seperti Sun Wu Kong (孙悟空), cerita mengenai sejarah kerajaan Tiongkok, dan cerita-cerita novel yang cukup diminati oleh penonton. Terdapat pertunjukkan yang hanya dalam sekali pertunjukkan selesai dan ada juga yang dibuat bersambung.
Suasana Pertunjukan Wayang Potehi di Kampung Ketandan
Selama enam tahun terakhir, pemerintah DI Yogyakarta telah menjalin kerjasama dengan pemerintah Shanghai untuk mengokohkan program Sister Province yang bertujuan untuk membangun pusat kebudayaan Yogyakarta-Shanghai di kawasan Kampung Ketandan. Di dalam Gedung Pusat Kebudayaan Yogyakarta-Shanghai akan dipenuhi dengan kegiatan pendidikan, kebudayaan, perdagangan, dan berbagai kegiatan lain untuk menunjang program Sister Province.
Referensi:
Ludhy Cahyana. 2019. Kampung Ketandan di Yogyakarta Disiapkan Jadi Area Pecinan. https://travel.tempo.co/read/1277043/kampung-ketandan-yogyakarta-disiapkan-jadi-area-pecinan/full&view=ok (diakses pada tanggal 4 April 2021).
Dany Garjito. 2020. Tak Sekadar Pecinan, Ini Sejarah Kampung Ketandan di Yogyakarta. https://www.guideku.com/travel/2020/01/24/180000/tak-sekadar-pecinan-ini-sejarah-kampung-ketandan-di-yogyakarta (diakses pada tanggal 4 April 2021)
Wijaya Kusuma. 2016. Sejarah Kampung Ketandan Yogyakarta dan Kapitan Tan Jin Sing. https://regional.kompas.com/read/2016/02/08/09450901/Sejarah.Kampung.Pecinan.Ketandan.Yogyakarta.dan.Kapitan.Tan.Jin.Sing?page=all (diakses pada tanggal 4 April 2021)
Rahman. 2020. Wayang Potehi, Identitas Imlek Kampung Ketandan. https://gudeg.net/read/14870/wayang-potehi-identitas-imlek-kampung-ketandan.html (diakses pada tanggal 5 April 2021)
Sumber gambar: https://merahputih.com/post/read/lima-tempat-di-yogyakarta-yang-wajib-diunjungi-waktu-imlek
https://www.starjogja.com/2019/02/04/kampung-ketandan-yogyakarta/
https://gudeg.net/read/14870/wayang-potehi-identitas-imlek-kampung-ketandan.html
深入了解阁丹檀村
阁丹檀村对于日惹人来说可能已经很熟悉了。 这个唐人街位于日惹 Jalan Malioboro 的 Beringharjo 市场北边。 在这个地区,我们可以找到典型的中国饰品,各种非清真美食,还有几家金店。
从建筑上看,阁丹檀村融合了中国、爪哇和欧洲文化。 因此,说它是土生唐人街更合适。阁丹檀村本身的年龄据信已有 200 多年的历史,而且历史悠久。
阁丹檀村本身来自 “tondo” 这个词,它是税收官或 tondo 官员的表达,其权力由苏丹哈蒙库布沃诺三世直接授予华裔。 众所周知,中国人在日惹的历史和文化发展中发挥了重要作用,这也植根于爪哇文化传统。
阁丹檀村本身的历史始于 19 世纪初,由一位名叫 Tan Jin Sing 的船长开始,他是爪哇贵族的儿子。 Tan Jin Sing 是一个聪明的人,可以掌握闽南语、普通话和英语。 多亏了他的智慧,他才能赢得托马斯·莱佛士(当时统治爪哇的荷属东印度群岛总督)的心。 他后来成为苏丹哈蒙库布沃诺三世和托马斯莱佛士之间的中间人。
这个唐人街是在 1803 年左右 Kapitan Tan Jin Sing 从 Kedu 搬到日惹时发展起来的。 Tan Jin Sing 然后在 1813 年被苏丹哈蒙库布沃诺三世任命为 Nayoko 的摄政。 Tan Jin Sing 然后在日惹与当时名为 U Li 的中国船长之子结婚。 在Tan Jin Sing的领导下,阁丹檀村的存在越来越受欢迎。
在 1950 年代,阁丹檀村充满了原材料和草药的贸易。 此外,由于趋势和市场的发展,阁丹檀村的许多商人出售黄金。 直到现在,我们仍然可以在这个唐人街地区找到一些金店。
此时,自阁丹檀村成立以来,有两三个家族是原始的后裔。 然而,尽管这个唐人街的文化和习俗差异很大,人们仍然可以和睦相处。
每年日惹中国文化周(PTBY)都会在阁丹檀村地区举行。 通常这个节日是为了纪念农历新年和大年十五庆祝活动而举行的。 在这个节日期间,阁丹檀村地区将举办各种活动,例如:美食和小玩意集市、舞狮 和 布袋戏等文化表演,以及国语歌曲卡拉 OK 比赛。
每年农历新年,在 PTBY 区域的拐角处,通常都会有布袋戏表演,这增加了农历新年的细微差别,当然也增加了我们对中国文化的洞察力。 布袋戏中讲述的故事千差万别,比如齐天大圣孙悟空的故事,中华帝国历史的故事,以及颇受观众欢迎的小说故事。 有些节目是一次性完结,有些节目将会有续集。
在过去的六年里,日惹特区政府与上海市政府合作加强了旨在在阁丹檀村地区建设日惹-上海文化中心的姐妹省计划。 日惹-上海文化中心大楼内将举办教育、文化、贸易和各种其他活动,以支持姐妹省计划。
Penerjemah: Nelviana