Keistimewaan Budaya Tatung Bagi Orang Tionghoa di Kota Singkawang

Cap Go Meh (Hanzi: 元宵节, Hanyu Pinyin: Yuánxiāo jié) merupakan malam ke-15 tahun baru Imlek yang sekaligus menjadi akhir dari perayaan tahun baru Imlek. Perayaan Cap Go Meh ini merupakan perayaan yang sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Tionghoa, khususnya di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang selalu dimeriahkan dengan adanya atraksi budaya Tatung. Tatung adalah istilah bagi orang-orang yang memiliki takdir mendapatkan anugerah untuk menjadi tatung, di mana tubuh mereka dijadikan media untuk dirasuki oleh Dewa-Dewi, atau roh-roh leluhur yang mereka percayai. Pawai Tatung di Kota Singkawang pada saat perayaan festival Cap Go Meh sendiri sudah dilakukan sejak sekitar 250 tahun yang lalu. 

Kata Tatung berasal dari dialek hakka yang terdiri dari kata ta dan tung. Ta secara harfiah berarti “tepuk atau pukul” dan Tung secara harfiah berarti “Thungkie, atau orangnya”. Tatung yang diatraksikan di Kota Singkawang ini, dalam Bahasa Inggris disebut juga sebagai “Spirit Medium”, yang berarti dirinya menjadi perantara untuk mengalami keadaan “trance” atau kerasukan roh. Namun dalam bahasa Mandarin, terdapat banyak istilah untuk menyebut Tatung ini, seperti 乩童 (Tiào tóng), 神打 (Shén dǎ), 乩童 (Jī tóng) atau 童乩 (Tóng jī). Di antara semua sebutan Mandarin di atas, istilah Tatung yang ada di Kota Singkawang lebih mendekati makna dari 神打 (Shén dǎ), yaitu (Shén) artinya “Dewa” dan (Dǎ) artinya “pukul”.

Para Tatung akan mendatangi vihara untuk melakukan berbagai ritual, salah satunya adalah melempar Sin Kaw atau Sin Fui yang merupakan cara untuk memanggil para roh leluhur yang akan merasuki tubuh mereka. Roh-roh yang dipanggil ini diyakini sebagai roh-roh baik, yang mampu menangkal roh-roh jahat yang hendak mengganggu keharmonisan hidup masyarakat di Kota Singkawang. Mereka yang telah dirasuki oleh roh-roh leluhur tersebut dipercaya akan memiliki kekuatan gaib dan bertindak di bawah alam sadarnya. Pada saat mempertunjukkan atraksi dalam perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang, para Tatung akan berada di atas pedang yang disusun menyerupai tandu, dan mereka pun terus melompat di atas pedang-pedang itu tanpa terluka sedikit pun. Para Tatung biasanya akan melakukan beberapa atraksi, seperti aksi sayat lidah, memotong lengan, atau menusuk bagian badannya dengan pedang sabet, golok, atau menusuk beberapa bagian muka menggunakan jarum yang besar dengan jumlah yang banyak, dan lain sebagainya. 

Namun untuk menjadi Tatung, tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, karena pada umumnya peran ini diwariskan secara turun-temurun. Sebelum menjadi Tatung, mereka harus berpuasa, tidak boleh memakan daging dan berhubungan badan dengan pasangannya minimal seminggu. Di sisi lain, para calon Tatung juga diharuskan untuk melempar kayu. Apabila kayu yang dilempar memunculkan dua sisi yang sama secara berturut-turut, maka mereka boleh menjadi Tatung. 

Bagi mereka yang diperbolehkan menjadi Tatung, hal ini diartikan sebagai bentuk pengorbanan atau penebusan dari Dewa-Dewi atau roh-roh leluhur untuk meringankan dosa-dosa yang telah diperbuat manusia. Namun, pada saat perayaan Cap Go Meh, ritual Tatung ini bertujuan untuk memohon pertolongan Dewa-Dewi atau roh-roh leluhur untuk mengusir kemalangan atau petaka. 

Budaya Tatung ini tidak hanya melakukan berbagai atraksi tanpa sebab, tetapi mereka berkeliling di Kota Singkawang dengan bertujuan untuk memohon pertolongan agar kota mereka dijauhkan dari berbagai bencana alam, penyakit, serta mereka memohon untuk diberikan perlindungan dalam hal kesehatan dan keselamatan. Beberapa Tatung juga harus ditandu mulai dari awal acara hingga akhir acara, karena biasanya Dewa-Dewi atau roh-roh leluhur yang masuk ke dalam tubuh para Tatung adalah orang-orang penting yang memang harus duduk di tandu atau dipikul semasa hidupnya ketika hendak bepergian.

Referensi:

https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/26/165400765/asal-muasal-tradisi-cap-go-meh-dirayakan-15-hari-setelah-imlek?page=all

https://kumparan.com/kumparantravel/tatung-manusia-pilihan-yang-rela-dimasuki-roh-dewa-demi-tradisi-1shoxf0G6qh/full

https://pontianak.tribunnews.com/2020/01/13/arti-tatung-asal-usul-tatung-sejarah-tatung-atau-lokthung-pada-perayaan-cap-go-meh-singkawang?page=1

https://travel.kompas.com/read/2020/10/19/100217827/festival-cap-go-meh-dan-tatung-singkawang-jadi-warisan-budaya-tak-benda

https://tirto.id/asal-usul-tradisi-tatung-cap-go-meh-sejarahnya-di-kalimantan-barat-gaDW

https://www.genpi.co/berita/6531/begini-ekspresi-tatung-cilik-kerasukan-roh-leluhur

Sumber Gambar:
https://travelpixelz.com/blog/tatung-parade-capgomeh-singkawang

 

  乩童文化对山口洋华人的特别意义

元宵节是农历新年的第十五天,也标志着农历新年活动的结束。元宵节庆祝活动是每个华裔都很期待的一个年度庆祝活动,特别是西加里曼丹山口洋市的华裔。这是为什么呢?这是因为山口洋市的元宵节活动总是会有充满看点的乩童表演。乩童是指那些注定可以成为乩童的人,他们的身体被用作被神或被他们所信仰的祖先的灵魂所附体的媒介。自大约250年前,山口洋市已经开始在元宵节庆典中举办跳童游行的活动

乩童一词来自客家方言,由 ta 和 tung 组成。 Ta 的字面意思是“拍手或击打”,Tung 的字面意思是 “Thungkie 或那个人”。 在山口洋市演出的乩童在英语也被称为“Spirit Medium”,意思是他成为体验 “恍惚” 状态或被精神附身的媒介。 但是,在汉语中,有很多术语来描述这个乩童,例如乩童; 神打; 乩童; 或童乩。 在以上所有中文名称中,山口洋市的乩童一词更接近于神打的意思,即 “神” 意为 “上帝”,“打” 意为 “攻击”。

乩童人会来寺院进行各种仪式,其中之一是投掷仙卡或仙福,这是一种召唤将附身于他们身体的祖先灵魂的方式。这些被召唤的灵魂被认为是善良的灵魂,他们能够抵御想要扰乱山口洋市人们生活和谐的邪恶灵魂。那些被这些祖灵附身的人被认为具有超自然的力量并在潜意识中行动。在山口洋市的元宵节庆祝活动中,乩童会坐在由很多剑组成的担架上,他们会在剑上不停地蹦跳而不会受伤。乩童通常会表演几个动作,比如砍舌头、砍胳膊,或者用镰刀、大刀刺身体,或者用大量的大针刺脸的几个部位等等。

然而,不是每个人都能够成为乩童,因为一般来说,这个角色是世袭的,也就是一代一代传下来的角色。他们在成为乩童之前,至少在一周内不可以吃肉,也不能和另一半发生关系。另一方面,他们必须掷筊向神明请示,并且连续掷出圣筊,才可以成为乩童

对于那些被允许成为乩童的人来说,这被解释为一种从神或祖灵那里进行的牺牲或救赎,以释放人类在神或祖灵的帮助下犯下的罪恶避免不幸或灾难。

这种跳童表演并不是无故的,他们四处游历山口洋市,目的是寻求帮助,使他们的城市远离各种自然灾害和疾病。好几个乩童在游行时是被抬着走的,因为通常进入乩童身体的神灵或祖灵都是重要的人,所以出门时都是坐在轿子上,被人高高抬起。

文章翻译者:Veronica

Reynaldi Christopher