Mengenal Kota Seribu Kelenteng “San Khew Jong’’
Kota Singkawang atau San Khew Jong (Hanzi: 山口洋; Hanyu Pinyin: Shānkǒu Yáng) adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 145 km sebelah utara dari Kota Pontianak, ibukota Provinsi Kalimantan Barat, yang dikelilingi oleh pegunungan. Nama Singkawang itu sendiri berasal dari bahasa Hakka, san khew jong yang mengacu pada sebuah kota di bukit dekat laut dan estuari.
Salah satu keunikan San Khew Jong yang dikenal luas adalah sebagai pecinan yang terbesar dan terkenal di Indonesia atau yang dikenal dengan nama Kota Singkawang. Hal ini terjadi karena mayoritas penduduk yang disana merupakan keturunan etnis Tionghoa yaitu suku Hakka dengan presentasi sekitar 42% kemudian diikuti oleh etnis lainnya seperti Melayu, Dayak, Tio Ciu, Jawa, dan pendatang lainnya. Kota Singkawang juga mendapat julukan sebagai Kota Seribu Kelenteng, hal tersebut karena orang etnis Tionghoa yang berada di kota tersebut banyak memeluk agama Konghucu atau Budha sehingga terdapat banyak sekali Kelenteng atau Vihara.
Asal usul terdapat banyaknya masyarakat yang etnis Tionghoa (Hakka) menempati Kota Seribu Kelenteng ini karena dulunya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari Kesultanan Sambas, yang digunakan sebagai tempat singgah atau transit oleh para pedagang dan penambang emas yang kebanyakan berasal dari negara Tiongkok yang ingin ke Monterado. Setelah mereka melihat perkembangan Singkawang yang dinilai cukup menjanjikan, akhirnya beberapa penambang tersebut beralih profesi, yaitu menjadi petani dan pedagang di Singkawang dan akhirnya tinggal dan menetap di Singkawang.
Keunikan Kota Singkawang yang sudah diakui oleh Indonesia yaitu walaupun Kota Seribu Kelenteng ini mayoritas adalah etnis Tionghoa, kota ini sangat menghargai dan saling tolong menolong satu sama lain tanpa melihat latar belakang suku, agama, dan ras. Hal tersebut dapat dibuktikan dari Kota Singkawang yang mendapatkan peringkat pertama sebagai kota tertoleransi se-Indonesia tahun 2018 dan peringkat kedua sebagai kota tertoleransi se-Indonesia tahun 2020. Hal ini berdasarkan penilaian dari Setara Institute bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri RI dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Implementasi kota tertoleransi tersebut dapat dilihat dari Tari Tidayu yang merupakan singkatan dari Tionghoa, Dayak, dan Melayu. Tarian ini juga dikenal di beberapa daerah di pesisir barat Kalimantan Barat. Tarian ini melambangkan keberagaman etnis di Kota Singkawang yang saling bahu membahu menjaga budaya leluhur.
Sesuai dengan julukannya kota Singkawang “Kota Seribu Kelenteng” artinya kota ini memiliki banyak kebudayaan Tionghoa yang masih sangat melekat pada masyarakatnya. Kebudayaan yang paling dikenal oleh seluruh manca negara adalah Festival Cap Go Meh. Festival Cap Go Meh yang dirayakan di Singkawang terlihat berbeda dengan tempat lainnya dimana di Festival ini terdapat sebuah ritual yang dibuat untuk menangkal gangguan roh jahat atau kesialan pada masa mendatang. Pengusiran roh-roh jahat dan peniadaan kesialan dalam Festival Cap Go Meh disimbolkan dalam pertunjukan Tatung. Kebudayaan lain yang ada di kota ini, antara lain Tahun Baru Imlek, Cheng Beng, Festival makan Bakcang, dan Kue Bulan. Berbicara mengenai Kota Singkawang, tidak lepas dari kuliner makanan Singkawang yang khas terutama makanan tradisional masyarakat Tionghoa yang sudah turun temurun. Kuliner yang wajib dicoba di Singkawang antara lain bubur gunting yang merupakan cakwe gurih dan lembut yang disajikan bersama dengan kuah kacang hijau kental. Kemudian ada pula choipan yaitu makanan seperti dumpling dengan isian berupa bengkoang, lobak, rebung, dan keladi. Terakhir ada kincipan yaitu kwetiau goreng tanpa daging, melainkan hanya ada sayuran berupa tauge dan daun katuk. Tidak hanya ketiga makanan yang telah disebutkan, di Singkawang juga masih memiliki banyak kuliner yang unik dan jarang ditemukan di kota lainnya. Untuk lebih mengenal dan menjawab rasa penasaran kalian dengan Kota Singkawang, yuk kunjungi setelah pandemi berakhir!
———————————————————————————————————————
认识千庙之城 “山口洋”
山口洋是一个位于印度尼西亚西加里曼丹的城市。该市位于西加里曼丹省首府坤甸市以北约145公里处,四周群山环绕。山口洋这个名字本身来自客家话,山口洋,指的是靠近大海和河口的山丘上的城市。
山口洋广为人知的特点之一是作为印度尼西亚最大且著名的唐人街。这是因为那里的大多数人口都是华裔,即客家人约占42%,其次是其他民族,如马来人、达雅克人、德州人、爪哇人和其他移民。山口洋市也有“千庙之城”的美称,这是因为居住在该市的华人信奉儒教或佛教,因此有许多寺庙或寺院。
由来是因为山口洋曾经是三发苏丹国的一个村庄,被贸易商和金矿商用作中途停留或中转地,因此有许多华人(客家人)定居于千庙之城,主要是来自中国并想去位于西加里曼丹的蒙特拉多的人。看到山口洋的发展前景后,终于有部分矿工换了职业,成为山口洋的农民和商人,最后定居在山口洋。
获得印尼认可的山口洋市的独特之处在于,虽然千庙之城以华人为主,但这座城市不分民族、宗教和种族背景,互相尊重,互相帮助。山口洋市在2018年被评为印度尼西亚最宽容城市的第一名,并在2020年被评为印度尼西亚最宽容城市的第二名,这足以证明了它的特点。这是基于 Setara 机构与印度尼西亚内政部和建国五原则发展机构合作进行的评估。从代表华人、达雅克人和马来人的 Tidayu 舞可以看出这座城市的宽容。这种舞蹈在西加里曼丹西海湾的几个地区也很出名。这种舞蹈象征着山口洋市的民族多样性,他们携手合作,维护祖传文化。
根据山口洋市 “千庙之城”的称号,这座城市有着很多与人民紧密联系的中国文化。外国最知名的文化是中元节。在山口洋庆祝的中元节看起来与其他地方不同,在这个节日里他们有一个独特的仪式来抵御恶灵或未来的厄运,那就是乩童表演。乩童表演象征着中元节的驱邪和消除厄运。这个城市里也有着其他的文化节日包括农历新年、清明节、端午节和中秋节。说起山口洋市,就离不开独具特色的山口洋美食,尤其是代代相传的中国传统美食。必须在山口洋尝试的美食包括剪刀粥,这是一种美味而柔软的 cakwe,并配上浓浓的绿豆酱。然后还有 Choipan,这是一种类似于饺子的食物,里面有山药、萝卜、竹笋和芋头的馅料。最后还有 Kincipan,这是一种没有肉的油炸粿条,只有豆芽和守宫木。除了上面提到的三种食物,山口洋还有许多其他城市少见的独特美食。想更加了解并解答你们对山口洋的好奇,等疫情结束后,一起来看看吧!
Penerjemah: Jasmin Anderson
Referensi:
Sumber gambar:
https://www.pegipegi.com/travel/megahnya-pusat-kebudayaan-tiongkok-di-vihara-budi-dharma-singkawang/