RINGAN DI TANGAN, BERAT DI BUMI

Penggunaan botol plastik sekali pakai menjadi bagian umum dari kehidupan modern yang sifatnya praktis. Namun, di balik kemudahan tersebut, Indonesia tengah dihadapkan pada permasalahan lingkungan yang serius akibat semakin bertambahnya limbah botol plastik. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023, timbulan sampah di Indonesia mencapai 69,9 juta ton dan sekitar 18,71% di antaranya didominasi oleh sampah plastik. 

SEKALI PAKAI, SERIBU MASALAH

Permasalahan utama bukan hanya pada tingginya konsumsi plastik, tetapi juga lemahnya sistem pengumpulan dan pengelolaan. Mayoritas sampah botol plastik masih dikumpulkan oleh sektor informal seperti pemulung dan agregator, yang menghadapi keterbatasan dalam fasilitas daur ulang, efisiensi logistik, dan pengolahan limbah. Hal ini menyebabkan tingkat pemulihan sampah plastik di Indonesia tetap rendah.

Sampah botol plastik sekali pakai yang tidak dikelola dengan baik berdampak jangka panjang pada lingkungan, kesehatan, serta aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Secara ekologis, botol plastik membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk terurai secara alami. Selama masa tersebut, botol plastik berpotensi mencemari tanah, perairan, serta merusak ekosistem laut. Di sisi lain, pembakaran sampah plastik sebagai solusi juga menghasilkan emisi berbahaya yang dapat memperburuk kualitas udara dan meningkatkan risiko gangguan pernapasan pada masyarakat.

Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan sampah botol plastik, diperlukan solusi yang menyeluruh dan tidak hanya mengandalkan salah satu pihak saja. Beberapa langkah yang dapat dilakukan secara langsung oleh para masyarakat, antara lain:

1. Mengurangi Penggunaan Botol Plastik Sekali Pakai

Salah satu cara yang paling efektif dan paling mudah dilakukan ialah dengan membawa botol minum pribadi dalam beraktivitas sehari-hari. Sebab, kini sudah banyak tempat yang menyediakan fasilitas refill station untuk mempermudah kebiasaan ini. Jadi, selain ramah lingkungan, penggunaan botol minum pribadi  juga mendukung gaya hidup hemat dan sehat.

2. Meningkatkan Kesadaran dalam Pemilahan Sampah

Botol plastik yang sudah digunakan tidak seharusnya dicampur dengan limbah rumah tangga lainnya. Pemilahan sampah dari sumbernya juga berperan penting untuk mempermudah proses daur ulang. Lingkungan kampus sebagai ruang edukasi dapat menjadi contoh dalam penerapan sistem pemilahan sampah terintegrasi, seperti menyediakan tempat sampah terpilah di beberapa ruang publik, sehingga memudahkan diterapkannya langkah ini.

3. Meneladani Praktik Pengelolaan Sampah di Beberapa Negara  

Sebagai bentuk pembelajaran, Indonesia dapat meneladani strategi pengelolaan sampah botol plastik yang telah diterapkan secara efektif di berbagai negara yang melibatkan peran aktif masyarakat serta dukungan sistem insentif yang terintegrasi. Di Jepang, masyarakatnya terbiasa memilah sampah hingga ke komponen terkecil. Misalnya, satu botol plastik dapat dikategorikan menjadi tiga jenis sampah, yaitu tutup botol, label kemasan, dan botolnya sendiri. Kemudian, sampah-sampah tersebut dikumpulkan dan diproses di fasilitas daur ulang untuk kemudian diubah menjadi produk yang berguna, seperti benang serat untuk bahan baku pakaian.

Sementara itu, di Swedia diterapkan sistem pengembalian kemasan yang memungkinkan masyarakatnya mendapatkan imbalan uang tunai saat mengumpulkan botol atau kaleng dan mengirimkannya ke bank sampah atau mesin otomatis. Selain itu, lebih dari 50% sampah di Swedia dibakar dengan suhu tinggi untuk menghasilkan energi listrik dan panas, yang nantinya abu hasil pembakarannya dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi jalan. 

Sedangkan di Jerman, pengelolaan limbah dilakukan oleh perusahaan khusus seperti DSG/AG, yang bertugas menangani sampah kemasan plastik, kertas, botol, dan logam. Selain itu, negara ini juga melarang penggunaan sanitary landfill untuk menghindari pencemaran tanah dan air. Kemudian, sampah berbahaya seperti baterai dan oli harus dimusnahkan melalui proses khusus untuk menjaga kelestarian lingkungan.

4. Mendukung Inovasi Teknologi Pengelolaan Sampah

Saat ini, telah berkembang berbagai inovasi yang mempermudah masyarakat dalam mendaur ulang botol plastik. Salah satunya adalah penggunaan Reverse Vending Machine (RVM), sebuah mesin otomatis dengan cara kerja menukarkan botol plastik kosong untuk kemudian mendapatkan imbalan berupa poin. Mesin ini tidak hanya mendorong perilaku ramah lingkungan, tetapi juga menghadirkan pengalaman daur ulang yang lebih praktis, modern, dan menarik.

Di tengah tingginya permasalahan sampah botol plastik, kampus kita, Bina Nusantara telah menghadirkan solusi cerdas yang dapat dimanfaatkan langsung oleh mahasiswanya. Kehadiran mesin RVM ini menjadi bukti bahwa kontribusi terhadap lingkungan bisa dimulai dari hal kecil yang juga dekat dengan keseharian kita. Dengan begitu, mahasiswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga memiliki peran yang nyata dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan.

Mesin RVM yang disediakan oleh Plasticpay ini sangat mudah digunakan. Berikut langkah-langkah penggunaannya:

  1. Letakkan botol plastik pada lubang yang telah disediakan di mesin.
  2. Tunggu sampai botol tertarik otomatis & lampu berwarna hijau (jika membawa lebih dari satu botol, letakkan satu per satu).
  3. Pindai kode QR yang tersedia (pastikan sudah mengunduh aplikasi Plasticpay untuk memindai agar mendapat poin).

Dengan demikian, setiap botol yang kita masukkan bukan hanya membantu mengurangi sampah, tetapi juga menjadi bagian dari kontribusi nyata terhadap gerakan peduli lingkungan di kampus.

LANGKAH KECIL, DAMPAK BESAR

Sampah botol plastik merupakan permasalahan lingkungan yang serius dan mendesak untuk ditangani. Perubahan dapat dimulai dari tindakan kecil yang konsisten, seperti membawa botol minum sendiri, memilah sampah dengan benar, mendukung penerapan teknologi ramah lingkungan, maupun meneladani praktik pengolahan sampah di berbagai negara. Mahasiswa yang menjadi bagian dari generasi muda dapat mengambil peran sebagai penggerak perubahan dengan menyuarakan isu pengelolaan sampah di media sosial, maupun melibatkan diri dalam program kerja organisasi kampus yang fokus pada keberlanjutan.

SUMBER:

Dafinka Nareiswari M., Devano Carlo Putra Anta, Zahra Khairunnisa, Alma Saskia Putri Wijaya, dan Zhafirah Diandra Putri