Menikmati Panorama Kawah Putih
“Menikmati Panorama Kawah Putih”
Angelia Nibennia Zega
1901510062
Sumber Gambar : Artikel Binus TV Club
Hembusan angin menabrak seluruh permukaan kulit, mata terpejam sembari mendengarkan suara samar-samar dari kumpulan manusia-manusia lain yang juga rindu akan kesejukan Kawah Putih. Kaki-kaki menginjak pasir putih yang bercampur belerang hijau menciptakan sebuah warna yang kontras, khas Kawah Putih. Tangan-tangan yang menggenggam kamera digital-pun siap mengabadikan keindahan tempat ini. Sesekali batuk berbunyi, keluar dari mulut setelah terlalu banyak terhirup gas belerang.
Inilah bayaran lima jam perjalanan dari Kota Jakarta, atau lima puluh kilometer dari Kota Bandung menuju selatan. Udara nan sejuk dan dingin, tidak ada kendaraan bermotor berlalu-lalang. Yang ada hanya angin, dingin, asap dari kawah belerang, serta embun dan hujan-hujan kecil yang membasahi rambut. Orang-orang tetap tersenyum, pasangan-pasangan tetap bergandengan tangan di pinggir kawah kehijauan yang sedang meniupkan gas belerangnya.
Kawah yang terbentuk karena letusan Gunung Patuha berabad-abad yang lampau ini telah menjadi hiburan bagi manusia-manusia dari berbagai penjuru dunia. Goa-goa kecil di sekitar kawah sudah cukup menghangatkan badan hanya dengan berdiri di depannya. Suhu panas dari belerang mengalir ke dalam goa, menjadikannya titik yang paling dicari bagi yang mengharapkan kehangatan ditengah-tengah suhu udara yang dingin.
Waktu semakin senja, embun di Kawah Putih semakin menjadi-jadi, gas belerangpun semakin bertebaran. Semua itu menimbulkan efek yang semakin cantik dan memacu para pengabadi momen untuk memotret panorama itu. Meski harus terbatuk-batuk menghirup gas belerang, tidak ada yang mau melewatkannya. Hujan rintik-rintik, kawah hijau yang cantik, akan aku rindukan dinginnya Kawah Putih.
Sumber Penulisan/Daftar Pustaka : Artikel Binus Tv Club