Retro Invasion: Game Design dan Keunikannya


Source: https://wilsonn.itch.io/retro-invasion
Retro Invasion merupakan gim roguelike deck building yang dibuat sebagai entry untuk JOINTS Game Jam 2023 yang dilaksanakan oleh UGM (Universitas Gajah Mada). Gim yang dapat dimainkan melalui website itch.io (wilsonn.itch.io/retro-invasionio) ini menjadi pemenang kategori “Best Overall” dari acara game jam tersebut. Dari beberapa entry dalam kompetisi tersebut, gim yang dibuat oleh tiga mahasiswa BINUS, yaitu Wilson Nathaniel, Gede Bramanta, dan Sean Matthew ini menjadi salah satu gim yang memiliki potensi untuk dikembangkan, baik dari segi gameplay maupun style atau ceritanya. Pada kesempatan kali ini, kita akan mengulas mekanisme gim Retro Invasion dan mendalami pola pikir seorang game designer dengan salah satu pembuatnya, yaitu Wilson.

Dalam gim Retro Invasion, pemain akan diberikan berbagai kartu dengan efek berbeda, seperti “Block” untuk menahan serangan dari musuh, “Attack” untuk melakukan serangan kepada musuh, atau “First Aid” untuk memulihkan HP (hit point/darah). Kartu-kartu inilah yang menjadi unsur card game atau deck building dari Retro Invasion. Setelah menang, player akan diberikan berbagai 3 pilihan kartu acak dengan efek berbeda, memberikan gameplay dan taktik bermain yang berbeda tergantung kombinasi kartu apa yang kita pilih. Sisi roguelike dari gim ini datang dari reward kartu yang random dan juga bila player kalah, progress akan hilang dan permainan akan diulang dari awal. Tentu saja, karena ini adalah gim bergenre roguelike, yang notabene nya susah untuk dimainkan, pemain dikenalkan dengan beberapa mekanisme untuk meningkatkan kompleksitas gameplay.

Pemain memiliki stamina dalam bentuk energy bar yang berfungsi untuk menggunakan kartu melawan, bertahan, dan regenerasi dalam pertarungan. Setiap kartu memiliki pemakaian stamina yang berbeda, dan tugas dari pemain adalah mengelola stamina mereka agar kartu dapat terus dipakai. Bukan hanya itu, pemakaian mekanisme real-time membuat pemain harus berpikir cepat agar tidak keduluan diserang musuh dan menghabiskan giliran yang berharga. Kombinasi dari perma-death (progres tidak dilanjutkan setelah kalah), efek kartu yang berbeda, pengelolaan stamina, dan mekanisme real-time membuat card battle yang tadinya terasa underwhelming menjadi fresh dan challenging. Mekanik gameplay ini terlahir dari pemikiran ketiga game developer muda dari BINUS, terutama dari sang game designer, Wilson Nathaniel.

Wilson merupakan seorang mahasiswa BINUS University jurusan Game Application and Technology (GAT). Disana, dia belajar tentang programming dan pembuatan gim. Dalam kehidupan perkuliahannya, Wilson telah mengikuti banyak projek/event game development, seperti Brackeys Game Jam, GMTK Game Jam, dan juga JOINTS Game Jam. Dalam JOINTS Game Jam yang ia ikuti kali ini, tema dari kompetisi nya merupakan Retro, dimana para peserta diharapkan untuk membuat gim yang memiliki unsur gim lawas/jadul ataupun media “tua” lainnya. Tugas Wilson sebagai seorang game designer adalah menentukan tema, dasar, dan detail dari gim yang akan dibuat, menjadikan pekerjaan Wilson krusial agar groundwork dari gimnya bisa terdefinisikan. Game Jam yang memiliki waktu 7 hari ini ditangani oleh Wilson dan tim mereka dengan cepat. Wilson sendiri berkata “waktu temanya udah dikasih, kita langsung ngumpul dan nentuin ide, dan karena temanya dikasih taunya malem, besok siang nya baru detail, alur, juga inspirasi ide dari mana kita diskusiin. Habis itu, programmer (Gede) sama artist (Sean) langsung bikin aset dan programming game-nya, kira kira 3-4 hari sampai ada prototype yang udah jadi agar bisa di testing dan analisa yang kurang cocok di bagian mana atau balancing. Jadi sampai hari terakhir testing, optimize, testing, optimize, sampe kita puas sama hasilnya”.

Menurut Wilson, dalam game jam ataupun pengerjaan proyek gim secara general, manajemen waktu adalah hal yang paling susah untuk dilakukan “Mau game-nya gede atau kecil, yang paling susah tetap time management. Sebagai game designer, aku kerja nya berat di awal, tapi di akhir-akhir sih jadi testing dan ngebantu programming nya juga, karena programmer sama artist-nya yang kejar waktu, apalagi Retro Invasion ini scope-nya lumayan besar juga”, kata Wilson. Karena waktu yang sedikit dan tim yang kecil, Wilson harus mencari free-copyright music yang dapat dipakai sebagai BGM dan SFX, menjadikan adaptasi sebuah skillset yang sangat penting bagi seorang game designer.

Menjadi seorang game designer pastinya harus belajar dan menumbuhkan pengalaman. Wilson memberikan saran agar kita dapat membangun basis atau mekanisme dari sebuah gim, kita juga harus banyak memainkan gim dengan berbagai jenis genre dan mekanik yang berbeda. Retro Invasion sendiri terinspirasi dari gim “Slay The Spire”, salah satu gim yang paling populer dalam genre roguelike deckbuilder. Mekanisme real-time yang di implementasi dalam Retro Invasion pun didapat dari RPG (role-playing game) ternama, “Final Fantasy” yang past installation atau judul terdahulunya mengganti turn-based combat menjadi lomba melawan waktu. “Banyak cari pengalaman, banyak ikut lomba, coba-coba sendiri, karena kalo belum pernah coba bikin game, bakal susah” ucap Wilson kepada sesama game developer muda.

Pengembangan gim ini masih bisa dibilang coba-coba, dengan versi yang digunakan sebagai entry kompetisi sebagai taste-test dari keseluruhan konsep gim yang menjanjikan ini. Tetapi, dari berbagai macam genre gim yang dikompetisikan di game jam tersebut, kekejaman, keasyikan, dan replay value tinggi yang dimiliki oleh gim Retro Invasion membuat gim ini layak dalam memenangkan penghargaan “Best Overall” atau terbaik secara keseluruhan di JOINTS Game Jam.