Dark Souls 3: Frustratingly Good
Mungkin banyak dari para gamer yang tidak asing dengan game racikan Hidetaka Miyazaki yang terkenal karena tingkat kesulitannya yang tinggi. Game action RPG satu ini telah berhasil memberikan kesan yang mendalam bagi saya, rasa stres yang telah diberikan oleh game ini menjadi salah satu aspek yang paling saya perhatikan jika membicarakan mengenai game ini.
Pengalaman saya pertama kali memainkan game ini merasa kebingungan dengan sistem yang ditawarkan oleh game ini. Ketika memasuki game ini, saya langsung ditawarkan dengan character customization yang tidak begitu simpel, namun juga tidak begitu kompleks. Sistem class yang saya lihat juga cukup banyak walaupun sistem class yang ditawarkan tidak menjadi begitu relevan ketika cukup jauh menjalani game tersebut.
Setelah karakter saya sudah jadi, saya langsung “dibuang” ke level awal dimana ada beberapa musuh yang sedang berkeliaran. Tutorial yang ditawarkan tidak begitu menggangu dan mudah dipahami. Yang saya suka dari awal saya bermain adalah saya langsung ditawarkan dengan lingkungan yang sudah cukup harsh namun terasa adil, walaupun musuh yang masih berada di level awal terbilang cukup mudah, tetapi boss pertama yang sudah ditawarkan terbilang cukup sulit bagi saya.
Saya yang masih belum benar-benar mengerti mengenai game ini langsung dipaksa untuk mengerti dan memahami konsep dan gerakan yang harus saya lakukan untuk dapat mengalahkan boss tersebut. Berbagai trial and error menjadi sumber frustrasi yang membuat saya semakin tertarik dengan game ini. Boss pertama berhasil saya kalahkan setelah menghabiskan hampir 1 jam melalui berbagai trial and error dan betapa punishing game ini terhadap kesalahan minor. Akan tetapi kemenangan yang dirasakan terasa sangat worth it dengan semua usaha dan waktu yang saya habiskan.
Sistem yang ditawarkan oleh game ini terasa cukup asing bagi saya sendiri yang belum pernah memainkan franchise ini sebelumnnya. Mulai dari kenapa musuh yang telah saya kalahkan kembali hidup ketika saya menggunakan bonfire, dan kenapa terkadang saya bertemu dengan musuh NPC yang tiba tiba spawn dan menjadi hostile terhadap saya. Setelah beberapa jam terhisap kedalam game ini saya mulai mengerti akan konsep-konsep yang ditawarkan oleh game ini, seperti sistem bonfire yang dapat digunakan sebagai fungsi “fast travel” dan dapat digunakan sebagai “reset” dimana semua musuh yang saya kalahkan akan kembali hidup walaupun beberapa musuh seperti boss dan NPC tidak dapat revive kembali.
Sistem online PVP yang ditawarkan cukup unik bagi saya karena di game ini saya dapat memilih convenant (sejenis guild atau ally) yang dapat memberikan saya bantuan atau “kesusahan” tergantung dari convenant yang kalian pilih. Saya sendiri cukup terkejut ketika pertama kali ada online player dengan kulit merah terang yang mengejar dan menyerang saya tanpa pemberitahuan yang jelas. Dan ternyata saya baru menyadari dimana game ini saya dapat melakukan “invasion” terhadap player lain menggunakan item tertentu dan membunuh mereka di dunia mereka sendiri demi mendapatkan soul mereka yakni sejenis currency di game ini.
Membunuh player lain bukanlah salah satu fitur online yang ditawarkan oleh game ini tetapi ada juga fitur dimana kita dapat men-summon sahabat-sahabat yang dapat membantu kita menyelesaikan sebuah level, melawan para invader atau bahkan mengalahkan boss bersama-sama. Walaupun saya sendiri tidak begitu merekomendasikan hal ini karena dapat membuat boss yang dilawan terasa sangat gampang dan tidak begitu rewarding bagi saya.
Secara plot game ini berhasil memberikan banyak pertanyaan dari pada jawaban semakin dalam saya memainkan game ini. Plot yang terbilang cukup ambigu dan semakin sulit untuk saya mengerti karena mungkin saya belum pernah memainkan franchise sebelumnya.
Art design yang ditawarkan memiliki estetik gothic yang sangat kental bagi saya terutama ketika berada di map Lothric Castle dengan nuansa “istana gereja lama” jika saya gambarkan melalui kata-kata. Design armor juga memberikan kesan realistic tetapi masih terdapat aspek-aspek aesthetic yang terkesan gothic tapi stylish. Sama dengan armor design senjata yang diberikan juga terbilang simple tetapi cukup kompleks ketika digunakan. Design boss yang ditawarkan juga tidak kalah menarik seperti boss abyss watcher dimana design yang digunakan terbilang cukup sederhana tetapi memberikan kesan edgy memberikan kesan memorial bagi saya. Grafik yang ditawarkan tidak begitu flashy dan sangat detail, saya menyukai reflection dari armor yang terbilang cukup menarik bagi saya. Secara keseluruhan grafik yang ditawarkan tidak begitu spektakuler.
Terlihat jelas jika Miyazaki adalah salah satu fans dari manga Kentaro Miura “Berserk” dengan memberikan berbagai reference, dari armor legion yang mirip dengan armor yang biasa digunakan oleh Guts, atau Greatsword yang sudah terbilang persis dengan pedang dragon slayer milik Guts. Bahkan eclipse yang ada di background menjadi reference kuat dari Miyazaki sendiri.
Musik yang ditawarkan oleh game ini menjadi aspek yang cukup banyak disukai oleh para fans dan saya sendiri juga setuju, mulai dari musik yang dimainkan di main menu jelas memberikan atmosphere yang sungguh intense. Jika musik ini diperdengarkan kepada orang awam mungkin mereka akan men-salahartikan musik ini dengan boss musik. Salah satu soundtrack favorit saya adalah soundtrack boss abyss watcher dimana soundtrack ini berhasil memberikan atmosphere yang intense tetapi juga memberikan perasaan sedih juga, dan saya tidak pernah bosan mendengarkan soundtrack ini meskipun harus berhadapan dengan boss yang terbilang cukup sulit bagi saya.
Penggunaan kata-kata yang terbilang “old-english” cukup menarik bagi saya sendiri yang bukan native speaker inggris dimana ada banyak kata-kata yang tidak begitu umum tetapi indah banyak saya dengar diucapkan di game ini sebagai contoh kata “sovereignless” yang sering diucapkan oleh sang fire keeper.
Dari segi control game ini sedikit awkward dalam mengendalikan karakter, saya memainkan game ini di PC menggunakan keyboard dan menggunakan tombol ctrl dan shift sedikit awkward untuk menggunakan weapon. Dan sama canggungnya ketika menggunakan controller seperti munggunakan tombol L3 untuk berlari dan melompat cukup aneh bagi saya. Untungnya saya dapat mengganti keymapping walaupun masih awkward bagi saya.
Overall game ini memberikan pengalaman yang memorable bagi saya, mungkin bukan game paling sempurna yang pernah saya mainkan tetapi game telah memberikan saya pelajaran untuk tidak mudah menyerah, pengalaman untuk selalu mencoba, dan kemenangan yang dirasakan dari game ini jelas tiada duanya. Yah walaupun terkadang beberapa player lain yang saya hadapi cukup toxic tapi pengalaman tersebut tetap tidak dapat saya lupakan dan berhasil menjadi game favorit saya selama ini.