Selera Musik Bisa Mengungkap Siapa Kita?

Musik adalah bahasa universal yang mampu menyentuh jiwa, membangkitkan emosi, dan sebagai seni yang melukiskan pemikiran dan perasaan manusia melalui keindahan diksi dan harmoni suara. Setiap orang memiliki preferensi musik yang berbeda, dan penelitian psikologi menunjukkan bahwa selera musik kita tidaklah acak—ia terkait erat dengan sifat, nilai, dan cara kita memandang dunia.  

Seberapa dalam hubungan antara musik dan kepribadian? Bisakah lagu-lagu favorit kita mengungkapkan siapa kita sebenarnya? 

 

Teori Kepribadian dan Musik

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Profesor Adrian North dari Heriot-Watt University, Edinburgh, Inggris, beliau menyimpulkan bahwa jenis musik yang sering didengarkan akan mempengaruhi mood pendengar dan akan menunjukkan kepribadian sesorang tersebut. Dalam psikologi, kepribadian sering diukur menggunakan model “Big Five Personality Traits” (OCEAN), yang mencakup:   

1. Openness to Experience  

Orang yang tinggi dalam openness cenderung menyukai musik eksperimental, klasik, jazz, atau indie. Mereka biasanya kreatif, imajinatif, tertarik pada hal-hal baru, menghargai diri sendiri, dan lebih menerima apa yang dijalaninya.Contoh: Penggemar Radiohead atau Miles Davis mungkin memiliki pola pikir yang lebih abstrak dan filosofis.  

2. Conscientiousness

Individu yang terorganisir, bertanggung jawab, mudah bergaul cenderung menyukai musik pop, country, atau lagu-lagu dengan struktur sederhana. Mereka lebih menyukai sesuatu yang mudah diprediksi dan sesuai dengan norma sosial. Contoh: Penggemar Taylor Swift atau Ed Sheeran mungkin lebih terencana dalam hidupnya.   

3. Extraversion 

Orang yang ekstrover biasanya tertarik pada musik energik seperti rock, hip-hop, EDM, atau musik dansa. Mereka senang bersosialisasi dan mencari stimulasi dari lingkungan sekitar. Contoh: Penggemar Beyoncé atau Metallica mungkin lebih ekspresif dan percaya diri.   

4. Agreeableness  

Mereka yang tinggi dalam agreeableness sering menyukai musik dengan lirik penuh makna, seperti folk, R&B, atau musik akustik. Mereka cenderung lebih peduli pada orang lain dan mudah berempati. Contoh: Penggemar Norah Jones atau John Mayer mungkin lebih peka terhadap perasaan orang lain.   

5. Neuroticism  

Orang yang cenderung cemas atau moody mungkin lebih tertarik pada musik sedih, melankolis, atau lirik yang emosional. Musik bisa menjadi pelarian atau cara untuk mengelola emosi negatif. Contoh: Penggemar Lana Del Rey atau Radiohead (beberapa lagu) mungkin lebih reflektif dan intens secara emosional.   

 

Musik Sebagai Cerminan Identitas Diri

Musik juga berperan dalam pembentukan identitas karena musik memiliki kemampuan untuk mempererat hubungan dalam sebuah komunitas. Genre musik tertentu seringkali mencerminkan identitas kelompok tertentu, membawakan memori emosional atas kejadian yang telah terjadi, dan sebagai media untuk menunjukkan siapa diri kita tanpa harus menjelaskan diri kita secara lisan.    

A. Musik dan Kelompok Sosial

Genre musik tertentu sering dikaitkan dengan subkultur tertentu (misalnya punk, hip-hop, atau K-pop). Seseorang mungkin memilih musik yang sesuai dengan kelompok sosial mereka untuk merasa diterima.  

B. Musik dan Memori Emosional   

Lagu tertentu bisa membangkitkan kenangan masa lalu, baik bahagia maupun sedih.  Ini menjelaskan mengapa seseorang mungkin menyukai musik lama—karena nostalgia dan koneksi emosional.   

C. Musik sebagai Alat Ekspresi Diri 

Beberapa orang menggunakan musik untuk menunjukkan siapa mereka tanpa harus berbicara.  Misalnya, seseorang yang pendiam mungkin menyukai musik metal sebagai cara melepaskan emosi terpendam.   

 

Bagaimana Musik Mempengaruhi Perilaku dan Suasana Hati?

Musik tidak hanya mencerminkan kepribadian, tetapi juga bisa memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak sesuai dengan suasana hati yang diciptakan. Berdasarkan penelitian Harvard Medical School, sebuah musik bisa memberi efek neurologis kepada mental seseorang. Musik bisa memberikan stimulus kepada otak dan melalui jalur syaraf. Musik dapat mengaktifkan hampir semua jaringan otak, termasuk yang melibatkan emosi, memori, dan motorik yang dapat membantu meningkatkan kualitas emosi seseorang. Beberapa pengelompokan musik yang akan mempengaruhi perilaku dan suasana hati kita :  

A. Musik untuk Meningkatkan Produktivitas 

Musik klasik atau instrumental sering digunakan untuk membantu fokus (efek Mozart). Beberapa orang lebih produktif dengan mendengarkan lo-fi atau ambient music, karena mereka bisa lebih terfokus oleh pekerjaannya namun tetap bisa enjoy karena adanya alunan musik.  

B. Musik untuk Mengatur Emosi 

Saat sedih, seseorang mungkin mendengarkan lagu melankolis untuk merasa dipahami. Saat butuh motivasi, musik upbeat seperti EDM atau pop bisa meningkatkan semangat. 

C. Musik dalam Hubungan Sosial   

Pasangan yang memiliki selera musik serupa cenderung lebih cocok. Konser atau festival musik bisa menjadi tempat untuk membangun ikatan sosial. 

 

REFERENSI  

Rafael Shira Buddha Kalyana