Mengenal Lebih Jauh Kesenian Musik Panting

Activist of Public Relation UKM BDM Binus University Alam Sutera

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan yang berlimpah, baik dalam sumber daya alam, maupun budayanya. Hal tersebut tidak perlu dipertanyakan lagi, mengingat Indonesia adalah negara keempat dengan populasi terbanyak di dunia, yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, yang tentunya menjadikan Indonesia memiliki keragaman budaya yang berlimpah. Hal ini juga sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Salah satu dari keragaman budaya tersebut adalah dalam kesenian musik yang tentunya berbeda-beda pada setiap daerah di Indonesia. Pada artikel ini, musik panting yang berasal dari provinsi Kalimantan Selatan akan dibahas lebih lanjut.

Musik panting tentunya sudah tidak asing bagi masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya bagi masyarakat Banjar. Musik panting adalah kesenian musik khas Banjar, yang didominasi oleh alat musik sejenis gambus yang memakai senar, dan dimainkan dengan cara dipetik yang disebut sebagai panting. Alat musik panting terbuat dari berbagai jenis kayu pilihan, kulit hewan, dan tali dawai yang beragam.

Berbicara mengenai sejarah dari panting, alat musik ini pertama kali diberi nama oleh A. Sarbaini, yang kemudian berkembang di Desa Rantau Bujur, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Tapin, dan hanya digunakan sebagai musik pengiring dari Tari Japin yang dimainkan secara perorangan. Namun, seiring berkembangnya zaman, musik panting mulai digunakan dalam berbagai tari tradisional yang lain di Kalimantan Selatan, dan juga digunakan pada tari-tari kreasi baru. Selain itu, musik panting juga mulai dimainkan oleh beberapa orang dalam satu kelompok, dan mulai dimainkan bersama dengan berbagai jenis alat musik yang lain, seperti gong, tamburin, suling, biola, kendang, kempul, mawaris, dan ketipung.

Musik panting dapat dikategorikan sebagai jenis musik ansambel campuran, karena musik ini dimainkan dengan jenis alat musik yang beragam. Musik panting biasanya ditampilkan dengan lagu-lagu yang bersyair pantun, seperti pantun petuah, nasihat, dan jenaka. Secara umum, para pemain musik panting memakai pakaian khas Banjar. Laki-laki mengenakan peci sebagai tutup kepala, dan perempuan menggunakan kerudung.

Musik panting memiliki berbagai fungsi dan manfaat sebagai sebuah kesenian musik daerah. Yang pertama, sebagai sarana hiburan. Umumnya, musik panting berisi syair-syair dan musik yang dapat menghibur banyak orang. Oleh karena itu, musik panting sering digunakan dalam berbagai acara, seperti pada kegiatan yang dilaksanakan pemerintahan, acara pernikahan, dan acara perayaan hari jadi kota dan provinsi.

Yang kedua, sebagai sarana pendidikan. Hal ini terlihat dari syair-syair yang ada dalam pertunjukkan musik panting yang berisi tentang petuah dan nasihat. Selain itu, musik panting juga mulai diterapkan dalam pendidikan formal dan informal, dimana pendidikan informal musik panting dapat ditemukan pada berbagai sanggar seni yang ada di Kalimantan Selatan yang membuat program pelatihan dan pembinaan sebagai upaya regenerasi.

Yang ketiga dan yang terakhir adalah sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Kalimantan Selatan kepada semua orang. Penampilan musik panting yang umumnya menggunakan pakaian khas Banjar, dmemakai berbagai alat musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan, dan menggunakan bahasa Banjar, tentunya akan membuat semua orang mulai mengenal dan mengetahui budaya dan musik dari Kalimantan Selatan.

Kalvin Jonathan Ginting