Faktor dan Dampak yang Mempengaruhi Kenaikan BBM
Bahan bakar atau yang biasa disingkat dengan BBM bagi masyarakat Indonesia sangat penting perannya. Kebutuhan pokok bagi masyarakat desa atau kota baik dalam segi rumah tangga, pengusaha, industri, maupun transportasi tentu bergantung dengan keberadaan BBM. Oleh karena itu, pentingnya BBM ini menggolongkan dirinya sebagai kebutuhan pokok yang termasuk vital. Mengingat pentingnya peran BBM dalam kehidupan masyarakat maka pemerintah melakukan campur tangan dalam penentuan harga sekaligus menjamin ketersediaan di pasar domestik. Upaya untuk menjamin ketersediaannya tidak bisa terlepas dari sistem jasa pengangkutan (distributor). Dalam hal ini, pertamina (BUMN) bekerja sama dengan pihak terkait untuk menyediakan truk tangki minyak (sebagai alat distribusi) untuk mengirim ke berbagai daerah di Indonesia.
Sumber: (https://www.cnbcindonesia.com)
Faktor masalah utama yang dihadapi BBM berasal dari dalam negeri adalah kenaikan atas harga patokannya. Pemerintah membuat program dan perbaikan untuk mengatasi besarnya alokasi anggaran subsidi BBM. Akan tetapi, langkah yang diambil kerap kali salah sasaran, seperti mengurangi dan mengalihkan anggaran subsidi BBM kepada sektor yang lebih produktif dengan membuat kebijakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Keputusan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak tentu tetap berada di tangan Presiden Jokowi, tetapi dampak kedepannya tetap ada pada masyarakat.
Di Indonesia sendiri masih terdapat oknum yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah telah menetapkan harga jual minyak goreng Rp14.000/liter untuk seluruh kemasan berbagai brand, tetapi masih ada saja oknum yang menaikan atau bahkan menimbun minyak yang kemudian dijual kembali jika sudah ditahap kelangkaan. Jika terdapat oknum masyarakat yang melakukan tindak pidana akan terjerat pidana penjara dan tak akan lolos dari hukum. Selain itu, semenjak pandemi covid-19 melanda pada 2022, produksi minyak khususnya kelapa sawit juga terdampak. Kapasitas produksi juga terus diminimalisasi untuk mencegah kembalinya gelombang covid-19 dan terjadilah kelangkaan akibat tersendatnya distribusi.
Faktor masalah kedua tidak hanya dari dalam negeri, tetapi berpengaruh dari organisasi dunia dan permintaan minyak global. Organization of the Petroleum Exporting Countries atau biasa disebut OPEC memegang posisi penting sebagai kartel yang memiliki peran mempengaruhi sisi penawaran dalam perdagangan minyak dunia. Pengontrol terbesar perubahan kapasitas produksi setiap negara tetap berada di tangan OPEC. Konflik geopolitik juga sangat berdampak. Contoh kasusnya adalah perang antara Rusia dan Ukraina. Rusia sebagai produsen minyak terbesar ketiga di dunia bisa memproduksi 10% dari pasokan minyak global atau sekitar 10,5 juta barel per hari bisa mempengaruhi keputusan OPEC untuk kenaikan harga BBM.
Permintaan minyak global juga akan kunjung meninggi atas kasus yang terus bergejolak. Minyak sebagai komoditas yang diperdagangkan di tingkat internasional sangat dipengaruhi oleh kuat-lemahnya permintaan (demand). Biasanya kondisi ini terjadi karena situasi negara-negara produsen minyak. Selain Russia, sebanyak 62% persediaan minyak dunia ada di Timur Tengah dan berpusat di lima negara, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Irak, dan Kuwait. Perbaikan kondisi politik keamanan di Timur tengah memiliki kemampuan besar meningkatkan permintaan dan penawaran minyak. Selain itu perkembangan teknologi dan penemuan baru terkait eksplorasi minyak juga berperan tinggi dalam persediaan penawaran minyak dalam ranah internasional. Sebagai contoh, pengembangan metode tracking untuk mendapatkan minyak Shale akan cenderung menurunkan harga minyak.
Faktor di atas adalah salah satu skala besar dalam penyebab kenaikan BBM khususnya yang terjadi di Indonesia. Banyak sekali dampak yang akan dihadapi, tidak hanya yang disebutkan di atas tetapi bisa mempengaruhi segala sektor seperti ekonomi makro yang berdampak atas konsumsi rumah tangga menurun, pertahanan dan keamanan menjadi tidak terkendali karena kurangnya bahan bakar dalam proses pengawasan, badan usaha bisa mencapai tingkat pailit karena inflasi yang disebabkan minyak dunia, dan kesejahteraan masyarakat yang pastinya menurun karena permintaannya tidak terpenuhi.
Penulis:
- Asyraf Khairi Budiprasetyo_Alam Sutera_Entrepreneurship
- Muhammad Rakha Ardizza_Alam Sutera_Entrepreneurship
Referensi :
Hendrin Hariati Sawitri, 2005, Kajian Dampak Ekonomi Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Kesejahteraan Masyarakat Desa Verses Kota (Makalah tidak diterbitkan), Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka, hal. 1.
Nugraharini, A. N., Suprihatini, T., Rahardjo, T., & Rahmiaji, L. R. (2015). Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo). Interaksi Online, 4(1). Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/10365
Hartono, D. S. (2011). Dampak Kenaikan Harga BBM di Pasar Dunia Tantangan bagi Perekonomian Indonesia. Value Added: Majalah Ekonomi dan Bisnis, 7(2).
Puwarti, Teti (2022). Lima Faktor yang Mempengaruhi Harga BBM naik-tutun.
Aida, Rohmi Nur (2022). Perang Rusia Ukraina Bikin Harga Minyak Naik, ini Dampaknya bagi Harga BBM.