Potensi Bisnis Wayang sebagai Budaya Indonesia
Wayang adalah pertunjukan seni tradisional yang berasal dari Indonesia, wayang ini berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali. Banyak wisatawan luar maupun dalam tertarik untuk menonton pertunjukan wayang dan kita sebagai warga Indonesia patut bangga memiliki budaya ini. Wayang dikelompokkan menjadi 7 jenis yaitu:
- Wayang Golek adalah jenis wayang yang banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, wayang ini terbuat dari kayu lalu dibentuk dengan 3 dimensi. Pembawaan wayang ini juga sedikit berbeda, karena wayang ini dibawakan dalam Bahasa Sunda.
- Wayang Beber adalah wayang yang dimainkan dengan cara membeberkan atau membentangkan layar yang berupa gambar. Wayang ini adalah jenis wayang yang paling tua dan wayang ini terbuat dari kulit lembu atau kain dan berbentuk tokoh-tokoh wayang.
- Wayang Purwa adalah wayang yang dikenal pertama kali di masa pemerintahan raja Airlangga. Wayang Purwa memiliki beberapa gaya yaitu Kasunanan, Mangkunegara, Ngayogjokorto, dan lain-lain.
- Wayang klitik adalah wayang yang berbentuk hampir mirip dengan wayang kulit, cara membedakannya wayang klitik ini terbuat dari kayu. Wayang ini mengeluarkan suara kayu saat adegan perkelahian. Wayang ini dipentaskan dengan cerita kerajaan-kerajaan Timur, Jenggala hingga Majapahit.
- Wayang Suket adalah wayang yang berbentuk sederhana yang biasanya digunakan untuk menyampaikan cerita anak-anak. Wayang ini dibuat dari rumput-rumput lalu dililit, dijalin dan dirangkai.
- Wayang Orang adalah jenis wayang yang sangat popular di Indonesia. Wayang ini merupakan salah satu pertunjukan tradisional di Jawa Tengah, pertunjukannya seperti theater musical yang bercerita tentang kisah Ramayan dan Mahabarata.
- Wayang Kulit adalah wayang yang sangat familiar di Indonesia, bentuk dari wayang ini pipih karena dibuat dari kulit kerbau dan kambing. Biasanya, pertunjukan wayang ini dipimpin oleh seorang dalang dan diiringi musik gamelan.
Dilansir dari okezone.com, wayang kulit adakah salah satu karya seni yang masih bertahan di pulau Jawa, di desa Jember, terdapat kaum muda merintis bisnis menggunakan wayang kulit. Hal ini tidak hanya untuk berjualan tetapi juga untuk melestarikan budaya di Indonesia. Wayang kulit yang dibuat desa Dempok ini tak kalah bersaing dengan produksi wayang di kota Solo. Wayang kulit buatan desa ini bisa melayani pemesanan hingga ke luar negeri contohnya seperti China, Hong Kong dan Amerika. Dibalik sebuah bisnis yang sukses, pasti ada seseorang yang menekuni bisnis tersebut. Ya, dan orang itu adalah Robby, kesehariannya adalah membuat wayang kulit. Ia telah menekuni bidang ini selama 10 tahun dan dia menekuni ini untuk melestarikan budaya di Indonesia. Robby dibantu 5 pekerjanya, dan ia membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Apalagi wayang kulit yang tokohnya seperti Gatot Kaca dan Bima itu tidak boleh sembarangan sehingga wayang tersebut akan sama dengan tokohnya. Karena kerumitan inilah biaya produksinya mahal, satu buah wayang kulit akan dikenakan biaya dari Rp 250.000 hingga Rp 1.500.000. Untuk membuat wayang kulit ini dibutuhkan kulit sapi yang sudah kering, lalu menatanya dengan cara memahat sesuai bentuk dari karakternya. Setelah itu diberikan cat dengan warna dasar putih untuk menutupi pori-pori kulit wayang tersebut, setelah kering dari bagian pewarnaan, wayang tersebut dijemur di bawah matahari.
Menurut bisnis.com, Fendi Kurniawanto adalah seorang perjarin wayang kulit yang meneruskan usaha kakeknya. Sejak lahir Fendi sudah dikelilingi oleh budaya tradisional Jawa, ia sangat mengagumi kakeknya yang dapat memahat kulit wayang kulit tanpa pola cetakan. Membuat wayang kulit secara spontan bukanlah hal yang mudah, bahkan bagi orang yang sudah sering, mereka tetap membutuhkan cetakan sebelum memahat. Pada saat itu usaha kakeknya sudah di anggap mencukupi kebutuhan keluarganya, Fendi pun dibatu ayahnya, Mujuyonno yang menjadi Mitra Binaan Pertamina tahun 2009. Mereka membuat strategi yaitu ayahnya akan mengerjakan pembuatan wayang dan Fendi bertugas untuk memasarkannya, dan strategi ini berhasil pada awalnya. Seiiring berjalannya zaman, banyak yang memandang hal tradisional sebagai hal yang kuno, yang membuat usahanya mulai tergerus. Akhirnya Fendi dan sang ayah dan beberapa pekerja mulai berinovasi untuk membuat wayang kulit untuk tidak hanya membuat wayang kulit sebagai pentas dalang saja tetapi untuk merambat ke dunia souvernir. Lalu pada tahun 2000, Fendi dan ayahnya mulai merekut pekerja dan membeli alat produksi. Fendi cukup senang dengan perubahan yang terjadi, tetapi dia masih belum puas, ia masih cukup sulit untuk berhubungan dengan konsumen secara langsung. Pada tahun 2011 Fendi mengalami banyak perubahan dari segi promosi dan penjualannya meningkat. Hingga kini Fendi bersama keluarganya menjalankan bisnisnya dibantu dengan 10 orang karyawannya. Produksinya di jual dengan harga paling murah yaitu Rp 20.000 dan paling mahal Rp 2.500.000 untuk wayang berukuran besar, dengan harga segitu Fendi mampu mendapatkan omset sekitar Rp 15.000.000 sampai Rp 25.000.000 per bulannya. Walaupun tidak mudah tetapi Ferdi tidak menyerah, karena usaha kerajinan Kulit Sanggar Bima ini merupakan usaha turun menurun yang harus ia lestarikan untuk Indonesia.